KRISIS KETELADANAN DITENGAH BENCANA

Ahmad Basri – K3PP (Kajian Kritis Kebijakan Publik Pembangunan)

- Jurnalis

Jumat, 5 Desember 2025 - 10:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TAJUK TERAS INFORMASI — Di tengah derasnya arus informasi dan semakin terbukanya ruang kritik publik, ada satu hal yang tetap stagnan—pola sikap sebagian pejabat publik kita yang abai rasa malu.

Dari masa ke masa, mereka seolah tak pernah belajar. Meski kebijakan yang dikeluarkan terbukti menyengsarakan rakyat, tak ada rasa bersalah, apalagi niat meminta maaf atau mundur dari jabatan. Bencana demi bencana datang, dan yang muncul justru aksi pencitraan: hadir di lokasi bencana bersama kamera, melempar empati palsu, mengucapkan kalimat-kalimat iba yang lebih terdengar seperti naskah, bukan nurani.

Baca Juga :  FRAKSI PDIP MINTA SEKRETARIAT DPRD TUBABA DIEVALUASI, WAKIL KETUA DPRD PONCO NUGROHO SAMPAIKAN INTERUPSI SAAT PARIPURNA

Padahal publik tahu, banyak bencana adalah ulah manusia, termasuk pejabat yang abai terhadap tata kelola lingkungan dan pembangunan. Tapi ketika bencana datang, mereka lebih cepat menyalahkan hujan, sungai, atau bahkan takdir, ketimbang melihat ke cermin.

ADVERTISEMENT

iklan

SCROLL TO RESUME CONTENT

Apakah kita pernah melihat pejabat mundur karena merasa gagal? Hampir tidak. Di negeri ini, mempertahankan jabatan jauh lebih penting daripada menjaga martabat. Mengucapkan maaf pun enggan, apalagi bertanggung jawab secara ksatria.

Baca Juga :  Sumatera Menangis, BAZNAS Tubaba Bergerak Saatnya Ulurkan Tangan untuk Sesama

Bandingkan dengan Jepang, di mana rasa malu adalah bagian dari etika kepemimpinan. Ketika terjadi kegagalan, pejabat di sana meminta maaf secara terbuka, bahkan mengundurkan diri—bukan karena kalah, tapi karena sadar akan tanggung jawab moral.

Sementara di sini, jangankan mundur secara sukarela—dipaksa pun enggan. Inilah cerminan bangsa yang sedang krisis: krisis malu, krisis tanggung jawab, dan krisis keteladanan. Semakin tinggi jabatan, semakin tebal pula kulit muka.

#TajukTerasInformasi
#KritikPublik
#KrisisKeteladanan
#EtikaPemimpin
#RasaMaluPemimpin
#PanggungPencitraan
#BencanaDanPencitraan

Penulis : Ahmad Basri : Ketua Kajian Kritis Kebijakan Pembangunan (K3PP)

Editor : Ahmad Sobirin

Follow WhatsApp Channel terasinformasi.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Tipologi Pemimpin Munafik : Reflektif Hari Anti Korupsi Sedunia
Sat Tahti Polres Tubaba Laksanakan Pelayanan Kepuasan Pengunjung Saat Jam Besuk Tahanan
HAKORDIA 2025: Bupati Tubaba Tegaskan Integritas Bukan Pilihan, Kajari Ajak ASN Ubah Mindset
BAZNAS Tubaba Gerak Cepat Salurkan Bantuan Stunting di Lambu Kibang & Pagar Dewa
BAZNAS Mesuji Study Tour ke BAZNAS Tubaba, Tujuannya Adopsi Sistem Simba
Tiyuh Candra Mukti Gelar Penggalangan Dana Bagi Korban Bencana Sumatra
LPBI PBNU Imbau Kesiapsiagaan Mengenai Potensi Siklon Tropis Selama Musim Hujan 2025-2026
SEGERA DIBANGUN! Inilah Lokasi Calon Sekolah Rakyat dari Kementerian Sosial RI di Tulang Bawang Barat

Berita Terkait

Rabu, 10 Desember 2025 - 07:26 WIB

Tipologi Pemimpin Munafik : Reflektif Hari Anti Korupsi Sedunia

Selasa, 9 Desember 2025 - 15:26 WIB

Sat Tahti Polres Tubaba Laksanakan Pelayanan Kepuasan Pengunjung Saat Jam Besuk Tahanan

Selasa, 9 Desember 2025 - 15:14 WIB

HAKORDIA 2025: Bupati Tubaba Tegaskan Integritas Bukan Pilihan, Kajari Ajak ASN Ubah Mindset

Selasa, 9 Desember 2025 - 14:46 WIB

BAZNAS Tubaba Gerak Cepat Salurkan Bantuan Stunting di Lambu Kibang & Pagar Dewa

Selasa, 9 Desember 2025 - 11:06 WIB

BAZNAS Mesuji Study Tour ke BAZNAS Tubaba, Tujuannya Adopsi Sistem Simba

Berita Terbaru