Bencana kembali mengetuk pintu nusantara. Kali ini, derita itu menyelimuti Sumatera. Hujan tanpa henti berubah menjadi banjir bandang yang meluluhlantakkan rumah warga, tanah longsor merenggut harapan, dan gemuruh angin kencang memporak-porandakan apa yang selama ini mereka kumpulkan dengan penuh jerih payah. Dalam hitungan jam, kehidupan yang stabil berubah menjadi kepanikan, kecemasan, dan kehilangan.
Di balik tumpukan puing yang tersisa, ada air mata seorang ibu yang kehilangan tempat berteduh, ada anak-anak yang kebingungan menatap masa depan tanpa sekolah dan tanpa perabot satu pun yang tersisa. Ada lansia yang hanya bisa menghela napas panjang, mencoba menerima kenyataan bahwa segala yang mereka jaga seumur hidup lenyap dalam sekejap. Mereka berdiri dalam kehampaan, menunggu uluran tangan yang mungkin bisa mengembalikan secercah harapan.
Bencana ini bukan hanya tragedi alam. Ia adalah cermin besar bagi hati manusia. Ia mengingatkan bahwa betapa pun kuatnya kita merasa, betapa pun modernnya teknologi yang kita punya, manusia tetaplah makhluk yang lemah. Kita rapuh. Kita tak bisa menolak setiap takdir yang datang. Tapi dalam kelemahan itulah, Tuhan menitipkan kekuatan lain—kekuatan kepedulian, kekuatan untuk saling menguatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika bumi berguncang dan air bah melanda, sesungguhnya yang diuji bukan hanya mereka yang terkena bencana, tetapi juga kita yang masih berada dalam kenyamanan. Apakah kita akan berpaling, atau justru hadir sebagai sesama manusia yang peduli?
Di Sumatera, saudara-saudara kita tidak membutuhkan janji. Mereka membutuhkan aksi nyata. Selimut untuk menghangatkan malam yang dingin. Pangan untuk mengganjal perut yang lapar. Obat-obatan untuk mencegah kesakitan semakin parah. Tempat tidur darurat, air bersih, dan tentu saja dukungan moral bahwa mereka tidak sendirian.
Hari ini, tangan-tangan kecil anak-anak itu menengadah. Tangan para ibu bergetar meminta bantuan, bukan untuk kemewahan, tetapi untuk bertahan hidup. Tangan para ayah mencoba tetap kuat, meski dalam hati mereka patah. Dan di tengah kerapuhan itu, suara hati kita seharusnya bergetar—mengajak kita untuk menjadi bagian dari harapan mereka.
Inilah saatnya kita mengetuk pintu kemanusiaan dalam diri kita.
Inilah saatnya kita menunjukkan bahwa kepedulian tidak mengenal jarak.
Inilah saatnya Sumatera merasakan pelukan dari saudara-saudaranya di seluruh Nusantara.
Mari hadir untuk mereka.
Mari ringankan beban mereka.
Mari jadikan donasi kita sebagai cahaya di tengah gelapnya musibah.
Ketika bencana menyentuh Sumatera, biarkan kemanusiaan kita menyentuh hati mereka.
Ayo berdonasi melalui BAZNAS Tubaba—karena setiap rupiah adalah harapan, dan setiap kepedulian adalah kehidupan.
Salurkan ke :
BANK : BSI
NO Rek : 9997989691
An. BAZNAS TUBABA Tanggap BENCANA
Atau melalui kantor digital berikut : www.baznastubaba.my.id/donasi/donasibencana
![]()
















